Hati-hati dengan Utang

"Ketika Nabi saw sampai di jalan, berdiri di tempat orang yang akan pergi ke medan jihad, terdengarlah panggilan yang didengar oleh seluruh manusia, 'Wahai manusia, barangsiapa yang mempunyai utang janganlah ikut perang. Karena kalau nanti gugur, dan tidak mempunyai tinggalan untuk membayarnya, hendaklah ia pulang saja. Jangan ikut aku, karena ia tidak akan pulang dalam keadaan cukup.'" (HR Razim, dari Abu Darda')
Hadits tersebut di atas menggambarkan betapa tidak sederhananya berbicara masalah utang-piutang. Islam menuntun agar kaum muslimin tidak menganggap sepele masalah ini. Di samping akan membuat cacat diri sendiri, wibawa al-Islam wal-muslimin juga bisa ikut ternoda. Sebabnya sudah jelas, utang merupakan bagian dalam hidup dan bermu'amalah. Sebagai bagian dari alat pelengkap dalam berinteraksi antar sesama, utang sering tidak dapat dihindari. Utang-piutang menjadi bagian dari hidup dan kehidupan ummat manusia. Tetapi utang yang tidak dilunasi akan membuat cacat dan menghapuskan kewibawaan dan nama baik.

Utang adalah masalah yang sangat mengikat bukan saja selagi manusia masih hidup di dunia, tapi juga akan berlanjut sampai di akhirat. Tanggungan akan dibawa sampai si empunya utang masuk ke liang kubur.
Kecuali orang yang berutang karena dalam kondisi keterpaksaan lagi fakir. Orang yang dalam kondisi semacam ini (baca: fakir) berutang bukan untuk bermaksiat. Allah swt akan mengkhususkan mereka yang masuk dalam kelompok ini, seperti diuraikan dalam sabdanya:
"Allah akan memangil orang-orang yang berutang nanti pada hari kiamat, lalu dipanggil di hadapan-Nya, kemudian dikatakan kepadanya, 'Hai manusia! Untuk keperluan apa engkau berutang? Dan untuk apa engkau sia-siakan hak orang-orang?' Ia menjawab, 'Ya Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui, bahwa aku mempunyai utang tidak untuk makan, tidak untuk minum, tidak untuk membeli pakaian, dan tidak pula untuk dihambur-hamburkan. Tapi aku berutang karena ada bencana alam, seperti kebakaran, kecurian, atau karena kerugian dalam perdagangan.' Allah berfirman, 'Benarlah hambaku. (Kalau memang begitu) Akulah yang lebih berhak membayar utangmu.' Lalu Allah meminta sesuatu, maka disimpan pada mangkuk timbangan amal. Maka amal-amal baiknya lebih banyak yakni lebih berat dari pada amal kejahatannya. Maka masuklah ia ke surga dengan berkat rahmat-Nya." (HR. Ahmad)

Jelaslah bahwa Allah memaafkan orang yang terpaksa berutang karena keadaannya yang sangat kritis dan orang yang tidak sanggup membayar utangnya karena mendapat malapetaka. Berbeda dengan orang yang berutang karena mengikuti hawa nafsunya.
Isyarat Rasulullah tersebut di atas juga menunjukkan bahwa, sebagian besar manusia memang mudah sekali lalai terhadap utang-utangnya. Tidak sedikit pula manusia yang berutang karena untuk memenuhi tuntutan hawa nafsunya, sekadar ingin menggelembungkan jumlah perusahaannya.

Ada bahkan orang yang meminjam malah sudah menjadi kegemarannya (penyakitnya). Setiap hari agenda 'wirid'nya menengok ke kanan ke kiri mencari utang. Peluang utang dintipnya dari delapan penjuru mata angin. Dari pintu ke pintu, yang ditanya adalah ada atau tidak peluang untuk berutang. Apa yang sudah ada di dalam dirinya tidak pernah merasa mencukupi. Tambal lubang gali lubang, semakin lama semakin banyak yang perlu ditambal.
Ada beberapa hal yang menjadi sifat kebanyakan manusia dalam menyikapi utang. Di antaranya adalah sebagai berikut,

Suka menunda
Suka menunda-nunda ternyata menjadi bagian dari sifat yang melekat dalam diri manausia. Manusia bukan cuma gemar mununda-nunda waktu, utang juga suka ditunda-tunda pembayarannya. Sifat kikir yang juga melengkapi sifat-sifat kemanusiaan suka mengganggu, sebagian dari pengaruh kikir inilah yang menjadi rem ketika pembayaran sebenarnya sudah jatuh tempo. Selalu ada saja pertimbangan yang muncul untuk tidak usah dibayar sekarang. Padahal uang sudah ada di tangan. Tapi pertimbangan-pertimbangan kok semakin semakin banyak. Ada saja selalu alasan ini dan itu yang muncul ke depan ketika pembayaran sudah seharusnya dilakukan.

Mengingatkan akan penyakit ummatnya yang sangat disayanginya ini, Rasulullah bersabda:
"Barang siapa yang mengambil harta orang (berutang), lalu ia mengembalikannya (melunasinya), niscaya Allah akan memberinya jalan untuk melunasinya; dan barangsiapa yang mengambilnya untuk dirusak (dihabiskan dengan tidak dibayar), maka Allah akan merusaknya." (HR.Bukhari)
Ingkar janji
Janji adalah sesuatu ketetapan yang dibuat oleh kita sendiri dan untuk dilaksanakan oleh kita sendiri. Menunaikan janji termasuk syarat ketaqwaan dan keimanan kepada Allah dan merupakan perbuatan yang disenangi oleh-Nya. Dalam haditsnya Rasulullah menerangkan, "Tidak sempurna iman bagi mereka yang tidak bersifat amanah dan tidak sempurna agama bagi mereka yang tidak menepati janji."

Menepati janji merupakan akhlaq yang mulia sebagai buah keimanan seseorang. Artinya, siapa yang tidak lagi menepati janjinya (mengingkari janjinya) berarti pertanda merosotnya keimanannya. Iman orang yang tidak lagi mengindahkan janji-janjinya telah ternoda.
Ingkar janji sering kita dengar di mana, bahkan tidak sedikit manusia yang terkena penyakit al-fujur berupa ingkar janji ini. Allah swt berfirman,
"Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat menipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki(mu), sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan bagimu adzab yang besar. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS An-Nahl: 95)

Perbandingan orang yang memenuhi amanahnya (menunaikan janjinya) dengan mereka yang mengingkari terdapat jarak yang jauh. Kebanyakan manausia lebih cenderung mengingkari janji-janjinya dari pada menegakkannya. Seperti yang telah difirmankan oleh Allah dalam Surat al-A'raf: 102, "Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang -orang yang fasiq."
Mencermati ajaran agama, berbicara tentang utang ternyata bukan masalah yang bisa dibuat main-main. Konsekuensi utang ternyata dibawa sampai ke liang lahat, sampai manusia meninggal.

Semoga saja dimulai dari hari Jum'at yang mulia ini, Allah memimbing kita untuk dapat berhati-hati terhadap utang-utang yang kita miliki. Semoga Allah swt memberikan kemampuan kepada kita untuk melunasi utang-utang yang masih belum terbayarkan. Syaratnya, ada kesungguhan dari dalam nurani yang paling dalam, sehingga Allah membukakan jalan. Insya Allah.

Sumber : www.webtwin.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Program Perbaikan Diri

By : UGLY
Ya Allah, Wahai Yang Maha Mendengar jadikan pertemuan ini membuat kami mampu mengenal diri kami, tuntun kami untuk memperbaiki yang salah, bukakan hati kami untuk dapat mengenal jalan hidup kami, jadikan setiap langkah kami benar-benar tepat di jalan yang Engkau sukai sehingga tiada yang kami tuju selain hanya Engkau Yang Maha Menatap. Amiin Ya Robbal’alamin.

Saudara-saudaraku Sekalian,
Program yang harus dimiliki oleh dai agar ia sukses adalah cukup dengan tiga (i) yaitu terdiri dari ; pertama dai yang sukses adalah dai yang mendakwahi diri sendiri, kedua adalah dai yang berdakwah dengan bukti, ketiga adalah dai yang berdakwah dari hati ke hati. Kalau dengan membawa program ini dalam berdakwah insya Allah akan efektif.

Kalau kita selalu berorientasi memikirkan keluar dari diri kita, semua yang kita katakan akan jadi bumerang. Ingat dalilnya "Semua harus berawal dari diri sendiri". Usahakan dakwah dengan kata-kata yang sederhana, jangan pakai kata-kata yang rumit. Cari kata yang sederhana dan sarat makna yang sesuai dengan perbuatan kita yang berbicara.

Program yang paling sulit dilakukan oleh seorang dai adalah mendakwahi dirinya sendiri. Ingin merubah istri, anak, karyawan kuncinya adalah merubah diri. Kalau orang tidak merubah dirinya, dia pasti akan sulit dengan perubahan yang terus terjadi setiap hari dalam hidupnya.

Ciri orang yang tidak bisa merubah diri adalah emosional. Semua masalah dalam hidup ini akan lenyap kalau punya tingkat kearifan. Makin tua kita seharusnya makin serius belajarnya. "Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka akan beruntung". Maka dari itu makin hari kita harus makin baik kalau tidak kita akan menghadang bencana.

Setiap orang itu harus punya keyakinan dalam diri bahwa "Jika saya tidak berubah maka saya akan celaka", "Jika saya tidak merubah diri maka saya tidak akan merubah apapun/siapapun", "Jika saya tidak merubah diri berarti saya akan menghancurkan hidup saya".

Perubahan adalah kesuksesan, Perubahan akan membuat hidup tenang, keberhasilan, keselamatan, dan juga merupakan kunci kedekatan dengan Allah.

Kita itu terpaku pada keadaan yang belum tentu benar. Kalau kita mau perubahan kita harus mengetahui apa yang harus dirubah. Kuncinya yang pertama adalah kita harus punya keberanian untuk mengetahui kekurangan diri kita sendiri. Dengan memiliki hal ini akan lebih mudah dalam merubah diri. Miliki juga keberanian untuk mencari kekurangan. Kunci sukses dalam semua hal adalah memperbaiki diri.

Sebesar apapun dosa kita, pengampunan Allah lebih besar lagi kepada orang yang tobat dan bukti tobat adalah kegigihan memperbaiki diri. Milikilah kawan kontributor kekurangan kita, bacalah buku yang banyak mengenai penyakit hati, luangkan waktu untuk mencatat kekurangan diri.

Setelah itu tahapan selanjutnya adalah Riyadoh atau latihan. Dalam latihan harus ada program yang harus kita jalankan, contohnya seperti yang dilakukan oleh Imam Khomaeni yaitu program harian melenyapkan penyakit hati, misalnya sehari shaum bicara. Saya hanya mau menyatakan hal yang baik, bermanfaat, dan kata-kata yang terpilih hari ini, besok boleh terserah. Setiap selesai sholat kembali evaluasi lalu bertobat jadi kita bertemu dengan perbaikan setiap waktu. Contoh lainnya sehari tanpa marah.

Pertanyaannya kapan kita akan mendakwai orang lain?  Justru dengan kita memperbaiki diri, orang lain melihat kita dan berdampak kepada orang lain. Contoh lainnya adalah kita latihan agar setiap uang yang kita dapat, kita sisihkan untuk amal.

Inilah jihad kita. Kalau kita tidak pernah memulai, omongan kita akan kosong. Inilah seninya memang butuh waktu menyadarkan orang lain, yang terpenting adalah kita sadar terlebih dahulu.

Kalau rumus kita untuk membangun bangsa maka tumbuhkan dahulu keinginan untuk membangun diri sendiri kemudian keluarga baru kemudian bangsa. Insya Allah nantinya akan hadir pemimpin dari bapak yang sadar membina keluarga.

Rekan-rekan Sekalian,
Pilihlah riadoh yang isinya bersifat realistik dan lakukan secara bertahap. Terus saja lakukan setiap hari memperbaiki diri, di kantor, dalam mendidik anak. Sabarlah dalam memperbaiki diri dan melihat bahwa setiap hari orang dilahirkan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Sangat mungkin memakan waktu bisa satu bulan, dua bulan bahkan setahun. Hal yang terpenting adalah diberi istiqomah dalam memperbaiki diri bukankanlah hasil yang terpenting, setiap hasil kita serahkan saja kepada Allah untuk menilai. "Kalau orang bersungguh-sungguh menuju Allah, maka Allah akan lebih bersungguh-sungguh lagi menunjukkan jalanNya".

Marilah kita bangkit membangun bangsa ini dimulai dari kita-kita saja dahulu. Benahi diri kita dengan baik sampai kita benar-benar dapat mengontrol diri kita sendiri. Mulai dari mencoba menahan pandangan dengan menundukkan pandangan. Kemudian latih diri kita dalam menahan pendengaran yang menjadikankan jauh dari Allah. Menahan mulut jangan mencela, jangan komentar, dan jangan mengeluh. Teruslah kendalikan pendengaran, mulut dan pandangan.

Kalau kita sudah dapat mengendalikan diri dengan baik, berbicara akan enak, bergaul akan enak. Kita dapat lebih banyak menyelesaikan masalah dimanapun kita berada. Ketika kita jadi orang tua yang bermasalah, kita akan menghancurkan anak-anak kita, kita jadi bos yang bermasalah, kita akan menghancurkan kantor kita.

Jadi walaupun negara benar kalau kita tidak benar, kita sendirilah yang merusaknya. Solusi yang tepat untuk menyehatkan bangsa ini adalah teruslah memperbaiki diri, jangan lewatkan hari tanpa perbaikan, tiada hati tanpa tambah ilmu, tiada hari tanpa riadoh. Mungkin kita akan tuai hasilnya satu sampai dua tahun kedepan. Keluarga jadi dekat dan akrab, anak-anak menuju pada kesolehan, dan hubungan dengan tetangga jadi sinergi.

Mari kita buat program latihan setiap hari. Harus ada karya nyata yang jelas dari kita.

Walhamdulillahi Robbil’alamin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

1 Tamparan untuk 3 Pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, kiai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.
Pemuda : Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Kyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda
Pemuda : Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kyai :  Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya
Pemuda :  Saya punya 3 buah pertanyaan
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dinamakan takdir
3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras.
Pemuda (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya?
Kyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya
Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit
Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda : Ya
Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda : Saya tidak bisa
Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda : Tidak
Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
Pemuda : Tidak
Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir

Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda : kulit
Kyai : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda : kulit
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda : sakit
Kyai : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, Jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Al'quran Sebagai Pembela Di Akhirat

Abu Umamah r.a. berkata : "Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur'an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur'an."
Telah bersabda Rasulullah S.A.W : Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya."
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, " Kenalkah kamu kepadaku?" Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : "Siapakah kamu?"

Maka berkata Al-Qur'an : "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari."
Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur'an itu : "Adakah kamu Al-Qur'an?" Lalu Al-Qur'an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Pada kedua ayanh dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : "Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?"

Lalu dijawab : "Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur'an."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Semua Kesuksesan Ada Padamu

 
Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang
yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya
yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota.
Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar
itu.

Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan
anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara
yang mengusik ambang sadar si pedagang.

"Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa
dagangan kita ke kota?"

"Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping
seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir,
aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini."

Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah.

Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar
sepertimu, Ayah?"

Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah
benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya
benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang
yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang
besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara.

"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar
tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu
berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga
berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol,
juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah,
sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang
sama."

Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak,
benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan
yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi
sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari
yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh.
Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya
menjadi mahluk yang sabar."

"Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap
menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."

Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri,
meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan
impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur,
melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.

Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih
dengan ketidaksempurnaan. Karena Allah, menciptakan kita penuh dengan
keistimewaan. Dan karena Allah, memang menyiapkan kita menjadi mahluk
dengan berbagai kelebihan.

Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya
dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan
kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan
yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah
saatnya berhasil?

Kapankah saat itu akan datang?

Teman, kita adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua
kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang
lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal.
Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar, tanpa alpa dengan
bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?

Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil, dan sukses,
tanpa pernah merasakan ujian dan cobaan?

Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah",
derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan"?

Tidak Teman. Karena Allah Maha Tahu, bahwa setiap hambaNya akan menemukan
jalan keberhasilan, maka Allah akan tak pernah lupa dengan itu semua.

Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah
ada dalam dirimu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Meraih Sukses

"Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain. Sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash: 77)

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari orang mukmin yang lemah." (Al-Hadist)

Kita diciptakan oleh Allah bukan untuk menjadi pecundang, tapi kita telah disiapkan oleh Allah, berpotensi untuk sukses. Tidak hanya pada ukuran dunia tapi juga untuk ukuran akhirat.

Rasulullah tidak hanya di akhirat tapi didunia juga sukses. Beliau tidak mau menjadi beban bagi orang lain. Usia 12 tahun sudah melakukan perjalanan untuk berdagang dan pada usia 25 tahun telah menjadi seorang pemuda yang bermutu akhlaknya dan terpercaya pribadinya.

Rasul merupakan pemuda yang sukses karena, pada saat memberikan mas kawin atau mahar pada Siti Khodijah, Rasul memberikan sebanyak 20 ekor unta muda yang artinya pada saat itu telah menjadi seorang pengusaha kaya raya yang sangat sukses.

Untuk menjadi pribadi yang sukses maka kita harus "tenang" karena keyakinan akan adanya kekuasaan Allah. Lalu, "terencana" dalam melakukan sesuatu, baru "tawakal". Kemudian "terampil" dalam berkerja; "tertib" dalam kehidupan; "tekun" dan "istiqamah" dalam mengatasi kejemuan; "tegar" dan sabar dalam menerima musibah dari berbagai macam kejadian; "tawadhu" atau rendah hati, karena kesombongan merupakan sarana yang paling efektif untuk menjatuhkan martabat kita.

Kesuksesan sejati adalah ketika kita berhasil meyakini semua ini adalah milik Allah, yang membuat kita menjadi tawadhu dan rendah hati, terus-menerus membersihkan hati dan terus meningkatkan kemampuan untuk mempersembahkan yang terbaik, yang terlihat dari kemuliaan akhlak dan sempurnanya amal dengan hati yang ikhlas. Insya Allah kita akan mendapatkan kesuksesan di dunia dan akhirat.

Bundel by  UGLY --- Jan '02

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Kecanduan Motivasi

Ada sepasang kakek nenek yang tinggal berdua di sebuah
rumah, mereka menikmati hari tuanya dengan tentram,
lingkungan mereka sepi tanpa gangguan karena rumah
mereka ada di ujung sebuah jalan yang buntu, tidak ada
kendaraan yang lewat rumah mereka.

Pada suatu hari, sekelompok anak mulai bermain sepak bola
di depan rumah mereka, di atas badan jalan buntu tersebut
Anak anak itu bermain dan berteriak teriak dengan seru,
sangat ribut dan merampas ketentraman yang selama ini
dinikmati sepasang kakek nenek itu.

Besoknya hal itu terulang kembali, demikian juga dengan
lusanya, rupanya anak anak itu kini telah mendapatkan
sebuah 'markas baru' tempat mereka bermain, bercanda,
bersenda gurau, berteriak, bahkan berkelahi.

Tujuh hari lamanya sang kakek nenek terganggu, mereka
berpikir keras mencari upaya agar anak anak itu tidak lagi
bermain di depan rumah mereka.

Pada hari ketujuh, ketika anak anak bermain sepak bola
sambil berteriak teriak dengan gaduh, sang kakek keluar
rumah, lalu ikut berteriak teriak memberikan semangat
kepada anak anak yang sedang bermain itu.

Ketika permainan sepak bola berakhir, sang kakek
menyediakan beberapa botol coca cola untuk anak anak
melepaskan haus.

Tentu saja anak anak kegirangan, mereka kemudian
diberitahu bahwa kakek kesepian dan ingin mengusir
kesepiannya dengan mendengarkan suara gaduh anak anak,
semakin gaduh mereka, semakin senang sang kakek.

Hari hari berikutnya hal yang sama berulang kembali, sang
kakek ikut bercanda, berteriak, bahkan kadang ikut bermain bola
dengan sepasang kakinya yang sudah lemah. kakek selalu menyediakan
coca cola, bahkan kemudian mengeluarkan permen, kue, atau coklat
kalau mereka bisa berteriak dengan keras. semakin gaduh, semakin
banyaklah makanan yang disediakan oleh sang kakek.

Tepat sebulan kemudian, ketika anak anak itu selesai
bermain, mereka tidak lagi disediakan coca cola, apalagi
permen atau coklat. Sang kakek berjanji besok pasti akan
ada coca cola dan coklat, asalkan mereka besok bisa
membuat kegaduhan yang luar biasa.


Besoknya, mereka bermain dengan luar biasa gaduh, tapi
ternyata sang kakek kembali ingkar janji, besok dan
besoknya sang kakek terus mengumbar janji, bahwa akan
ada coca cola dan coklat, bahkan permen, kue, mainan dan
banyak janji lainnya.

Anak anak mencoba bersabar, mereka terus menciptakan
kegaduhan seperti permintaan si kakek, namun sang kakek
terus tidak menepati janjinya.

Akhirnya, hilanglah kesabaran anak anak, mereka kemudian
memindahkan markas mereka ke jalan yang lain,

" Biar si kakek kesepian, biar dia tahu rasa karena
mengingkari janjinya, kita tidak akan lagi memberikan
kegaduhan untuknya, mari kita pindah dan main di tempat lain,
biarkan jalan ini sepi sehingga si kakek kesepian,
biar dia nyaho !! ".

Maka sejak saat itu, sepilah jalan di depan rumah si kakek,
anak anak marah dan tidak mau lagi bermain disitu.

Sejak hari itu, sang kakek nenek kembali bisa menikmati hari
harinya tanpa kegaduhan lagi ….

Konon di markas baru berikutnya, anak anak selalu ribut,
dan para penghuni rumah disana yang jalannya dijadikan markas
selalu memberikan permen dan coklat apabila anak anak bisa
bermain sepak bola dengan tertib, tidak berisik, sebaliknya
permen dan coklat tidak ada apabila mereka ribut sekali.

Konon juga permen dan coklat itu berlangsung bertahun tahun
karena anak anak yang tumbuh besar digantikan anak anak baru
generasi berikutnya yang 'betah' bermain sepak bola dan
berteriak teriak di markas itu, bahkan kemudian anak anak
yang sudah lebih besar ada yang menjadi preman yang
tidak puas dengan permen, tapi rokok.

Syukurlah, sang kakek dan nenek berhasil mengatasi masalahnya
dengan efektif karena metoda yang digunakannya lebih tepat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0